Flashback Sejenak di bawah Salju London

Awalnya sih saya coba-coba gue ngga nyangka bakal dapet mimpi ini. Di waktu pagi yang berkabut dan sejuk tapi ngga hujan, gue rebahan sambil scrolling media sosial. Dan ngga lama kemudian, HP gue lowbat, sehingga gue pun memutuskan buat tidur aja karena kebetulan pagi itu gue ngga ada kelas.

[Subconscious]

Ibukota negara Ratu Elizebeth pagi itu juga berkabut dibarengi dengan turunnya butiran salju halus nan dingin. Gue beserta temen-temen sedang berada di bus umum, berniat untuk melihat keindahan kota ini. Dan sampailah kita di tepi jalan raya besar, bus berhenti dan kami pun turun satu per satu.

Nahas, salah seorang teman gue tertimpa musibah yang tak diduga-duga, dia terserempet mobil yang mengakibatkan dia dan kami menuju rumah sakit terdekat. Sesampainya di rumah sakit, kami semua khawatir keadaannya, sebut saja Refa. Gue juga cuma bisa meremas-remas jaket tebal yang menyelamatkan gue dari dinginnya salju London.

Cukup lama menunggu, akhirnya tiba juga kami diperbolehkan memasuki ruangan si Refa untuk memastikan keadaannya baik-baik saja. Yang pertama kali terlintas di pikiran gue adalah "Hah?", takut bercampur bingung. Kondisinya yang hampir seluruh tubuhnya dibalut perban ngga ada pengaruh sama sekali buat temen gue yang satu ini, dan dia justru dengan entengnya ketawa-ketawa di depan orang-orang yang khawatirin kondisinya.

Ini anak agak sakit dah, pikiran dan jiwanya. Bisa-bisanya dengan kondisi yang 'ekstrem' kaya gitu malah ketawa cekikikan. Mungkin punya nyawa sembilan, ni anak. Sempat terdiam sejenak karena kebingungan, akhirnya kami mulai bisa merasa lega. Syukurlah, si Refa masih survive.

Lega setelah 'tragedi' yang terjadi, gue mulai melamun. Butiran salju yang nampak dari jendela kaca, suara teman-teman yang mengobrol ngalor ngidul, dan tiba-tiba saja lamunanku buyar.

"Eh, Zul, kamu di London juga, ya, ternyata!", sapa seseorang sembari mengulurkan tangannya. Bukannya langsung membalas uluran tangannya, berjabat tangan, gue cuma bisa diam waktu menatap orang yang barusan menyapa gue. "Hei!", tegurnya dengan nada khas gadis yang lemah lembut, kini senyumnya makin merekah.

"Oh, iya, i iya, hehe", jawab gue terbata bata, "ngga nyangka, ya, kita bisa ketemu lagi". Akhirnya tangan gue ngga malu lagi untuk berjabat tangan dengannya. Bener-bener ngga nyangka lagi. Setelah beberapa tahun perpisahan, akhirnya ketemuan lagi, di tempat, waktu dan suasana yang berbeda.

Kami berdua mengobrol, lebih seringnya tentang masa lalu yang ngga pernah habis untuk dibahas. Dan di benak gue terbersit 'andai aja yang dulu terjadi di masa sekarang' mungkin gue udah ngga jadi sadboi kaya sekarang. IYKWIM. Tapi, its okay, gue harus bersyukur masih dapet momen langka ini.

Di sela-sela obrolan, dia memperlihatkan rambutnya ke gue sambil bercerita segalanya tentang rambutnya. 'Kamu masih aja kaya dulu, ya', batin gue dalam hati. Pengin banget gue berteriak ke luar jendela. Semuanya yang ada di masa lalu gue, dan dia, seolah terulang kembali di waktu dan tempat yang berbeda.

Lama mengobrol, akhirnya temen-temen memutuskan untuk pulang ke kosnya masing-masing. Gue pamit, dan gue akhirnya memberanikan diri gue buat bilang ke dia kalo gue sebenernya kangen. Fakk, lega banget akhirnya.

Sialnya, gegara gue pulang paling akhir di antara temen-temen, gue jadi sendirian. Bus yang tadi berangkatin gue juga menghilang, ninggalin gue sendirian. Akhirnya gue bingung, muter-muter di jalanan tanpa HP. Meskipun sebelumnya gue sempet mampir di 'warnet' belakang rumah sakit, gue ngga sempet lihat google Maps. Sial.

Bangkenya lagi, perjalanan pulang ke kosan gue dipenuhi dengan rintangan. Mulai dari ngelihat mobil alm VA yang hancur terus di'minimize' buat diangkut, dijotosin stranger, sampe digangguin mbah-mbah dari Indo yang mergokin gue maling HP orang sementara.
Semua itu gue laluin demi bisa ngelihat jalan gue buat pulang ke kosan. Berawal dari ngelewatin lahan hijau yang basah akibat salju yang mencair, menara tinggi, tukang bebersih yang modern tapi ngga sopan, dan jalur rel kuno. Sampai akhirnya gue inget, kalau waktu gue berangkat tadi ngelewatin Big Ben, dan akhirnya dapetin HP orang lain di rumah yang gue 'bobol'.

Ternyata ngga semudah itu mencari lokasi di era yang gue ngga tahu tahun berapa. Karena waktu gue buka Maps pertama kali, yang ditampilin adalah satu Universe cuy, galaksi-galaksi lain keliatan lokasinya. Dan lo tahu kalo zoom in dari universe ke jalan yang perbandingannya pasti sangat jauh, pasti lama.

Okede, bersyukur lagi, akhirnya nemu jalur pulang ke kosan. Gue mulai melangkahkan kaki buat membuka pintu dengan hati-hati, karena waktu gue nyelinap, kaki gue dilangkahin sama tikus yang badannya dingin basah. Dan ketika pintu terbuka, gue sadar, rintangan perjalanan pulang gue baru dimulai.

[/Subconscious]

Kelar akhirnya menceritakan apa yang gue alamin di mimpi waktu tidur pagi-pagi. Jadi, apa genre mimpi yang lo pengin? Gue yakin pasti kebanyakan pilih romance/aksi/petualangan XD.